Pada Bulan Januari 2020, Jakarta mengalami curah hujan ekstrem tinggi yang dampaknya tidak mampu diatasi oleh infrastruktur kota. Banjir cukup parah menggenangi sebagian besar wilayah kota, berakibat jatuhnya puluhan korban jiwa dan ribuan warga harus mengungsi.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengaitkan curah hujan tinggi yang tidak biasa tersebut dengan konvergensi pola angin, dan sebagai peringatan akan peningkatan frekuensi cuaca ekstrem akibat dari perubahan iklim. BMKG mencatat curah hujan setinggi 377mm/jam, dimana ini merupakan yang tertinggi dialami Jakarta sejak 1866.
Mendapati banjir yang menutup akses jalan, menghentikan operasional salah satu bandara, hingga memutus aliran listrik, jutaan warga masyarakat mencari dan membagikan informasi terkini melalui kanal-kanal media sosial. Ribuan warga mengirimkan laporan banjir ke PetaBencana.id, saling berbagi informasi tentang tingkat keparahan banjir, kerusakan infrastruktur, dan tindakan tanggap bencana. PetaBencana.id mengalami kenaikan aktivitas sebesar 24.000% karena aktifnya warga dalam memantau peta pada situs yang dimanfaatkan untuk memahami situasi banjir, menghindari wilayah banjir, dan mengambil keputusan terkait keselamatan dan respon. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD DKI Jakarta) juga memantau peta untuk merespon kebutuhan warga, mengkoordinasikan respon tanggap darurat, dan memutakhirkan informasi wilayah yang terdampak banjir pada peta secara real-time.
Agus Wibowo, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), meminta masyarakat untuk melapor banjir melalui PetaBencana.id, menekankan pentingnya berbagi informasi dan tanggap bencana berbasis masyarakat.
Kepala Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BNPB, Bambang Surya Putra, mengungkapkan bahwa PetaBencana.id sangat bermanfaat bagi tim BNPB dalam memantau kejadian bencana dan memberikan pemahaman yang lebih baik kepada masyarakat.
Data banjir dari PetaBencana.id juga digunakan oleh NASA untuk mengkalibrasikan peta banjir satelit dengan observasi lapangan dari hasil urun-daya dalam mendukung analisis banjir. Pada artikel yang dilansir oleh NASA, Dr. Sang-Ho Yun, pimpinan respon bencana dalam tim pencitraan cepat dan analisis NASA di laboratorium Propulsi Jet, menjelaskan pentingnya
menguatkan data satelit dengan data lapangan untuk mendapatkan peta tingkatan banjir. “Ini pertama kalinya kami dapat secara cepat menghasilkan peta proksi banjir dari banyaknya citra satelit yang dikalibrasikan dengan observasi lapangan,” kata Yun. “Hal ini sangat penting dalam pemetaan tingkatan banjir pada wilayah perkotaan.”
Semangat gotong-royong yang ditampilkan dalam kondisi warga yang sulit merupakan sebuah pembuktian dari kekuatan penyebaran informasi berbasis masyarakat yang mendukung respon dan perencanaan dalam berbagai konteks. Yayasan Peta Bencana berterima kasih kepada masyarakat Indonesia yang terus membagikan informasi bencana, dan mengapresiasi peran masyarakat yang bahu-membahu menolong warga sekitar, instansi pemerintah, relawan, dan pemeliti dalam mengambangkan strategi adaptasi perubahan iklim.
Hujan lebat diprediksi masih akan banyak terjadi selama musim monsun. Warga Jakarta, Surabaya, Semarang, dan Bandung bisa mengirimkan laporan banjir secara real-time dengan men-twit #banjir @petabencana, kirim pesan Facebook messenger ke @petabencana.id, atau kirim pesan singkat Telegram ke @bencanabot. Pantau terus https://petabencana.id untuk informasi terkini dan tetap siaga!
PetaBencana.id dijalankan oleh Yayasan Peta Bencana sebagai platform yang gratis dan transparan dalam tanggap darurat dan manajemen bencana pada kota-kota Besar di Asia Selatan dan Asia Tenggara. PetaBencana.id adalah bagian dari USAID BNPB InAWARE: Proyek Manajemen Bencana Peringatan Dini dan Penguatan Kapasitas Dukungan Keputusan di Indonesia.